Kamis, 25 Agustus 2011

KERAJAAN SRIWIJAYA

LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN SRIWIJAYA

Pada abad ketujuh, muncul sejumlah berita tertulis yang menginformasikan adanya Kerajaan Buddha yang perkasa, bernama Sriwijaya. Dari prasasti yang ditemukan di Sumatera dan Bangka. diperoleh beberapa keterangan. Tiga prasasti yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683 Masehi. Pusat kerajaan ini terletak di dekat kota Palembang sekarang. Adapun prasasti yang dimaksud adalah prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Telaga Batu. Selanjutnya dari prasasti di Bangka dan Jambi dapat ditarik kesimpulan bahwa Sriwijaya meluaskan wilayah kekuasaannya sampai ke Bangka dan Melayu. Prasasti yang ditemukan di Bangka adalah prasasti Kota Kapur, sedangkan yang di Jambi bernama prasasti Karang Berahi.

PERKEMBANGAN KERAJAAN SRIWIJAYA

Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Di samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malak yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di Asia Tenggara.
Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya merupakan modal utama bagi masyarakatnya untuk terjun dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan.
Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.

1.    Faktor Politik
Kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas wilayah kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaya termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
Dari arah timur, Kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan Kerajaan Singasari, yang pada waktu itu diperintah oleh Raja Kertanegara. Kerajaan Singasari yang bercita-cita menguasai seluruh wilayah nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah barat yang dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi ini, Kerajaan Singasari mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.

2.    Faktor Ekonomi
Para pedagang yang melakukan aktifitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke dalam kekuasaan dari raja-raja sekitarnya. Akibatnya, para pedagang yang melakukan penyeberangan ke Tanah Genting Kra atau yang melakukan kegiatan sampai ke daerah Melayu (sudah dikuasai Kerajaan Singasari) tidak lagi melewati wilayah kekuasaan Sriwijaya. Keadaan seperti ini tentu mengurangi sumber pendapatan kerajaan.
Dengan faktor politis dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit tahun 13 M

RUNTUHNYA KERAJAAN SRIWIJAYA

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai awal abad kesebelah.
Sebagaimana telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya dengan Kerajaan Cola (India) menjadi buruk. Pada tahun 1024 Masehi, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak kapal Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. Tidaklah heran kalau peperangan itu melemahkan angkatan laut Sriwijaya.
Semakin rapuhnya kekuatan militer mengakibatkan kontrol terhadap wilayah bawahan pun menjadi semakin lemah. Kelemahan itu terbukti dari sikap Kerajaan Melayu yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Dari berita Cina diketahui bahwa pada abad kesebelas, Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina. Setelah itu, daerah kekuasaan Sriwijaya yang lain ikut melepaskan diri pula. Wilayah Sriwijaya semakin ciut. Akan tetapi, Sriwijaya sendiri tidak mampu bertindak tegas terhadap wilayah-wilayah yang membangkang. Ia tidak lagi memiliki angkatan laut yang kuat.
Keamanan wilayah yang kacau tentunya berpengaruh pada merosotnya arus perdagangan. Para pedagang enggan singgah lagi di Sriwijaya. Sriwijaya yang dulunya menjadi pusat perdagangan kini telah menjadi sarang bajak laut. Akhirnya, pada tahun 1377 Masehi, tidak lagi terdengar berita tentang Sriwijaya. Saat itu bersamaan dengan tampilnya kerajaan perkasa di Jawa, yakni Majapahit.

KERAJAAN MATARAM

LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN MATARAM

Berdirinya kerajaan Mataram tidak terlepas dari perang saudara di Pajang. Karena setelah kematian Pangeran Hadiwijaya, raja Pajang, maka terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri keturunan Pangeran Trenggono. Untuk menghadapi Arya Pangiri, Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya, sehingga Sutawijaya berhasil mengatasi perebutan kekuasaan tersebut. Atas jasanya secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhta Pajang kepada Sutawijaya sehingga Sutawijaya mendirikan kerajaan Mataram.


PERKEMBANGAN KERAJAAN MATARAM

Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang.
Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut.
Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.
Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya.
Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan Mataram.
Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.

PENYEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM
  • Tidak adanya raja-raja yang cakap seperti Sultan Agung.
  • Banyaknya daerah-daerah yang melepaskan diri.
  • Adanya campur tangan VOC terhadap pemerintahan Mataram.
  • Adanya politik pemecah-belah VOC melalui perjanjian Gianti 1755 dan Salatiga 1757.
KERAJAAN KEDIRI

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Kediri

    Kerajaan ini merupakan salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045 (satu lainnya adalah Janggala), yang dipecah oleh Airlangga untuk dua puteranya. Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk menghindari perselisihan dua puteranya, dan ia sendiri turun tahta menjadi pertapa. Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan. Perkembangan tak banyak yang diketahui mengenai peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Dharmaja, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji. Demikian pula Mpu Tanakung mengarang kitab Kakawin Lubdaka dan Wertasancaya.Raja terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159). Jayabaya di kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia masa depan. Pada masa kekuasaannya, Kediri memperluas wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan. Pada masa ini pula, Ternate menjadi kerajaan subordinat di bawah Kediri. Waktu itu Kediri memiliki armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga terkenal karena telah memerintahan penggubahan Kakawin Bharatayuddha, yang diawali oleh Mpu Sedah dan kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Raja Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini menyebabkan ia ditentang oleh para brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir dari kerajaan Kadiri. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membuka lebih banyak tabir misteri.

Perkembangan Kerajaan Kediri

    Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268-1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.

Runtuhnya Kerajaan Kediri


    Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri. 

KERAJAAN SINGASARI

Latar Belakang Berdinya Kerajaan Singasari
    Berdasarkan prasasti Kudadu, sesungguhnya nama resmi Kerajaan Singhasari adalah Kerajaan Tumapel. Dalam Nagarakretagama disebutkan bahwa, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, nama ibu kota Kerajaan Tumapel adalah Kutaraja. Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai raja muda, dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota justru kemudian lebih terkenal dari pada nama Tumapel.Dalam berita Cina Kerajaan Tumapel sering disebut Tu-ma-pan.Dalam naskah Pararaton disebutkan bahwa, Tumapel semula hanyalah sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Akuwu (camat) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung. Ia kemudian mati dibunuh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok melalui suatu cara yang sangat licik. Ken Arok kemudian menjadi akuwu baru. Tidak hanya itu, Ken Arok bahkan berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para pendeta itu lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok. Perang akhirnya terjadi antara pasukan Kadiri melawan pasukan Tumapel di desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Ken Arok lalu mengangkat diri sebagai raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.Naskah Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian kerajaan Tumapel. Namun tidak dijumpai adanya nama Ken Arok. Dalam kitab karya Mpu Prapanca tersebut, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Prasasti Mula Malurung yang diterbitkan Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa.
Perkembangan kerajaan Singasari
    Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari daerah Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang, dengan pelabuhannya bernama Pasuruan.

Runtuhnya Kerajaan Singasari
    Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan pasukan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos pada bagian dalamnya. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang. Ia adalah sepupu, sekaligus ipar, sekaligus pula besan dari Kertanagara. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang membangun ibu kota baru di Kadiri.


KERAJAAN MAJAPAHIT

Latar Belakang Berdirinya Kerjaan Majapahit

    Setelah Raja Kertanegara gugur dalam peristiwa penyerangan Raja Jayakatwang (Raja Kediri), berakhirlah riwayat Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara beserta petinggi kerajaan lainnya tewas dalam penyerangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) segera melarikan diri ke Sumenep, Madura, dan mendapat perlindungan dari Arya Wiraraja, penguasa Sumenep. Raja Jayakatwang sangat menghormati Arya Wiraraja sehingga Raden Wijaya diampuni. Setelah mendapat pengampunan dari Raja Jayakatwang, Raden Wijaya beserta pengikutnya diizinkan untuk membabat hutan Tarik (sekarang menjadi Desa Trowulan, Jawa Timur) untuk dijadikan desa. Disinilah kemudian berdiri pusat Kerajaan Majapahit.

Perkembanagan Kerajaan Majapahit
   
    Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa, dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370-1381 Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.Hubungan persahabatan yang dijalin dengan negara tetangga itu sangat penting artinya bagi Kerajaan Majapahit. Khususnya dalam bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan) karena wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit terdiri atas pulau dan daerah kepulauan serta sebagai sumber barang dagangan yang sangat laku di pasaran pada saat itu. Barang dagangan yang dipasarkan antara lain beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas dan kayu cendana.Dalam dunia perdagangan Kerajaan Majapahit memegang dua peranan yang sangat penting, yaitu sebagai kerajaan produsen dan sebagai kerajaan perantara.

Runtuhnya Kerajaan Majapahit

    Sepeninggal Raden Wijaya, Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan. Pemberontakan tersebut antara lain ialah pemberontakan Ranggalawe, Sora, dan Kuti selama masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328), serta pemberontakan Sadeng dan Keta pada masa Tribhuwanatunggadewi (1328-1350). Pemberontakan baru dapat berakhir pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Setelah masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, pamor Kerajaan Majapahit semakin menurun. Pada 1522, Kerajaan Majapahit hancur akibat terjadinya perang saudara. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi runtuhnya Kerajaan Majapahit ialah munculnya Kerajaan Malaka dan berkembangnya kebudayaan Islam.

Kerajaan